pilarbalinews.com

Pameran Seni Rupa Warna Bali 2.0 Into the Contemporary, Hadirkan 13 Seniman Menyelami Kertas Ulantaga sebagai Warisan Budaya

KET FOTO: Pameran Warna Bali 2.0: Into the Contemporary akan digelar di Venue Kencu Ruang Seni di Jalan Kubu Anyar No. 6, Kuta, Badung Bali.

Kencu Ruang Seni memaparkan konsep pameran seni rupa ‘Warna Bali 2.0 into the Contemporary’, yang dilaksanakan pada Jumat (29/8/2025) siang di Rasa Sanur, Jalan Waribang Nomor 25, Kesiman Petilan, Denpasar.

Warna Bali 2.0 into the Contemporary, sebagai Visual Art Exhibition ini akan mengambil lokasi acara di Venue Kencu Ruang Seni di Jalan Kubu Anyar No. 6, Kuta, Badung Bali.

Artists di antaranya; Chusin Setiadikara, Nyoman Erawan, Wayan Redika, Made Wiradana, Wayan Sujana Suklu, I Made Geriyawan, I Wayan Suja, Made Duatmika, Made Mangku Mahendra, Nyoman Sani, I Ketut Suwidiarta, Polenk Rediasa, dan Dewa Gede Ratayoga.

“Jadi rencana dalam pameran seni rupa Warna Bali 2.0: Into the Contemporary, menghadirkan karya-karya terbaru dari 13 perupa yang bertolak dari akar tradisi visual Bali. Setiap karya perupa menafsir ulang dan mengembangkan konsep warna Bali sebagai jalan menuju kemungkinan baru dalam seni lukis kontemporer,” ujar Kurator Pameran, Arif Bagus Prasetyo.

Pameran ini merupakan kelanjutan dari proyek pertama, yaitu pameran ‘Amarna Warna Bali’ di tempat yang sama pada 2022, yang terkait dengan riset Yayasan Gala Rupa Balinesia dan penerbitan buku ‘Warna Bali’ (2022).

BACA JUGA  Aplikasi Tring! dari Pegadaian, Integrasikan Ekosistem Emas dan Keuangan Digital

Bilamana sebelumnya karya-karya hadir sebagai semacam sampel perwujudan riset, kini eksplorasi lebih jauh dilakukan dalam kerangka wacana seni lukis kontemporer yang menekankan materialitas sebagai bagian penting.

“Berbeda dengan kecenderungan modern yang banyak mengandalkan bahan sintetis, para perupa dalam pameran ini memilih kembali ke material alami tradisional seperti batu pere, kencu, ancur maupun bahan pengganti lain yang berakar pada sumber alam,” kata Arif.

Diungkapkan I Ketut Simpen selaku pengelola Kencu Ruang Seni bahwa keberadaanngaleri ini juga milik seorang seniman senior yang getol mewacanakan warna Bali, yaitu Chusin Setiadikara.

“Jadi Kencu Ruang Seni diharapkan bisa menjadi wadah bagi seniman Indonesia untuk menggali warisan budaya Nusantara serta menciptakan seni kontemporer yang authentik dan memiliki daya dobrak. Kami yakin bahwa identitas global hanya bisa dicapai dengan memahami jati diri lokal. Karya-karya yang ditampilkan adalah terjemahan kontemporer dari nilai-nilai tradisi, mulai dari teknik dan material hingga mitos dan filsafat yang dikemas dalam visi artistik yang visioner,” ucap Simpen.

Ia mengajak para media, seniman , para kolektor, pencinta seni, institusi, dan masyarakat luas, untuk tidak hanya melihat keindahan visualnya, tetapi juga menyelami lapisan narasi dan warisan budaya yang menjadi fondasinya.

“Inilah percakapan yang ingin kami bangun: sebuah dialog dinamis yang menempatkan Indonesia pada posisi terdepan dalam seni rupa global. Seniman-seniman yang terlibat adalah para maestro yang sadar akan betapa pentingnya warna Bali dan kertas ulantaga dalam percaturan senirupa global, karna warna Bali bukan hanya dinilai sebagai material alam yang digunakan untuk melukis, tetapi ini adalah salah satu cara kita untuk memaknai kembali warisan budaya nusantara sebagai jalan menuju seni rupa kontempoer,” bebernya.

BACA JUGA  Laporkan Julian Petroulas di Polda Bali, Advokat Todung Nilai Dugaan Ancaman Keterlaluan Sudah Dialami Kliennya Richard Garcia

Salah satu seniman yang ikut dalam pameran ini, Wayan Redika sangat mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan juga menggunakan kertas ulantaga sebagai media lukis.

“Kertas ulantaga adalah bahan alami dengan nilai simbolis tinggi dalam ritual keagamaan Hindu Bali. Eksplorasi material ini bukan semata nostalgia, melainkan strategi kreatif untuk menemukan bahasa visual baru dari warisan budaya lama,” ucapnya.

Karya-karya dalam pameran ini tidak hanya menghadirkan warna Bali secara visual, tetapi juga menegaskan nilai material yang khas. Penggunaan bahan alami menegaskan kekhasan material yang sarat makna sekaligus sejalan dengan isu keberlanjutan dan etika lingkungan yang semakin relevan secara global.

Pameran ini menegaskan bahwa tradisi bukanlah ruang statis. Di tangan para perupa, tradisi menjadi ruang dinamis untuk eksplorasi artistik, spiritual, dan ekologis.

Pameran Warna Bali 2.0: Into the Contemporary, menjadi perayaan atas kekuatan tradisi yang hidup, materialitas yang penuh makna, dan daya cipta seni Bali pada era kontemporer. PBN001