Inovasi teknologi dalam pengembangan alat parut singkong sederhana berbentuk gayung sepeda, muncul dan digagas Viedelea Aricahyani Kodirin. Idenya muncul untuk mengurangi bahan bakar minyak dari mesin parut, yang kini makin dilirik petani singkong.
Teknis sepeda pemarut singkong, dengan menghubungkan gir rantai sepeda dengan silinder pemarut. Saat digunakan, tinggal meletakan singkong yang akan diparut, lalu penggunanya sambil duduk dan mengayung pedal sepeda. Singkong yang diparut lalu akan jatuh sendiri ke bawah melalui silinder parutan.
Menurut Viedelea, ia akui idenya muncul karena di daerah asalnya Banjarnegara, Jawa Tengah, banyak mengolah tanaman singkong untuk dijadikan tepung dan olahan sejenisnya. Ada pula makanan dari olahan singkong, yakni ondol, opak, canthir, dan lainnya.
“Jika memakai mesin diesel, tentu dapat menghasilkan polusi udara. Di desa saya ada satu tukang parutnya pakai mesin, karena ketergantungan ini, petani singkong harus membawa ke tukang parut dengan jumlah banyak hingga 3 Kwintal. Saya pikir ide untuk buat alat tradisional tetapi agak maju, sehingga alat parut singkong dengan cara digayung bisa diciptakan,” ujarnya, Minggu (18/5/2025) di acara Tradisi Temu Teknologi: Pameran Inovasi Teknologi Tradisional di Kios Utak-Atik (Fab Lab Bali Serangan) dan di Bale Desa (Wantilan Pura Desa Puseh Lan Bale Agung) Desa Serangan.
Kebutuhan alat parut singkong sederhana ini sangat membantu masyarakat, petani singkong minimal dapat mengerjakan olahan singkong dari rumah. Selain mempersingkat waktu, jarak, dan biaya. Alat olahan parut singkong sederhana ini harganya diperkirakan di bawah Rp500 ribu.
“Kalau harganya sekitar di bawah Rp500 ribu, sehingga diharapkan inovasi alat parut singkong sederhana ini mampu dijangkau petani dan meningkatkan ekonomi petani singkong,” ungkap Viedelea, alumni Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Bogor ini. PBN001