pilarbalinews.com

Prof. Dr. Made Suarta Terpilih Ketua APTISI Bali, Dorong Komunikasi PT Swasta dan Teknologi AI

Ket Foto: Resmi pelantikan dan pengukuhan Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum., sebagai Ketua Pengurus APTISI terpilih periode 2025-2029, Rabu (22/10/2025) di Harris Hotel Denpasar.

Musyawarah Provinsi Ke-VII Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Bali, mengukuhkan nama Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum., sebagai Ketua Pengurus APTISI terpilih periode 2025-2029.

Prof. Made Suarta merupakan Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali ini, terpilih secara aklamasi dengan didukung para anggota dan pengurus APTISI Bali, Rabu (22/10/2025) siang.

Melalui kesempatan ini, Prof. Suarta menyatakan apresiasinya terhadap dukungan diberikan anggota APTISI Bali.

“Kami terus mendorong komunikasi dalam meningkatkan Perguruan Tinggi (PT) swasta. Jadi saya telah memiliki role model dan target ke depan, salah satunya meningkatkan pertemuan dalam menyatukan visi misi dan berkompetisi sehat di tengah situasi sekarang ini. Situasi nasional bagaimana tren penerimaan mahasiswa itu menurun, ini kita mencari tahu kenapa begitu,” tuturnya.

Prof. Suarta menceritakan bilamana kendala penerimaan mahasiswa/i karena faktor keuangan, tentu telah ada beasiswa sekarang ini.

“Misalnya keuangan, sekarang ada namanya beasiswa. Seperti dari Pemda Bali, ads program satu keluarga, satu sarjana. Di sini, masalah ekonomi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam menuju Srata 1 (S1),” katanya.

BACA JUGA  Menuju Race Day OPPO Run 2025, Ribuan Peserta Padati Booth dan Promo Frantastis

Maka itu, dengan hadirnya APTISI ini menjadi rumah bersama para Perguruan Tinggi Swasta di Bali. Hal lainnya, PT didorong kualitasnya dari tidak unggul menjadi PT yang unggul.

“Kita dorong PT menjadi unggul, lewat APTISI menjadi rumah kebersamaan dan berkembang lebih baik lagi,” bebernya.

Reformasi Perguruan Tinggi
Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum., dalam kesempatan wawancara menyikapi agar keberadaan PT tetap hadir di masyarakat dengan keunggulannya masing-masing. Jangan sampai PT minim peminat dan berangsur-angsur ditinggalkan masyarakat.

“Ini perlu reformasi. Reformasi itu apakah dalam pembelajarannya, menata diri, dan instropeksi diri bagi lembaga. Sebab, masyarakat kita, ngak suka yang namanya menoton. Apalagi anak muda atau mahasiswa ngak suka lama-lama sekarang belajar atau berada di kelas,” katanya.

Ditambahkan Prof. Suarta bahwa perlu ada inovasi agar di masyarakat anak mudanya mau melanjutkan diri kuliah.

“Kata kuncinya, kita biss keluar dari kemiskinan adalah dengan pendidikan. Semakin tinggi pendidikan itu, semaki. luas wawasannya. Semakin cepat pula mengatasi kerumitan masalah yang dialaminya,” bebernya.

Reformasi lainnya dalam hal Program Studi (Prodi), di mana ditekankan keunggulan PT adalah pada Prodi yang ditawarkan ke masyarakat.

BACA JUGA  Tantangan Digitalisasi, Literasi dan Daya Saing Perbankan, BPR Kanti Wujudkan Peluncuran Buku Karya Dr. Robert Akyuwen

“Misalnya lagi, jangan membuat Prodi yang sama. Buat apa yang betul-betul dan apa yang dibutuhkan oleh situasi sekarang ini. Prodi yang tidak ada dan dibutuhkan di daerah itu,” katanya.

Sementara itu, diungkapkan oleh Ketua Umum APTISI periode 2025-2030, Dr. Ir. H.M. Budi Djatmiko, M.Si., M.E.I., bahwa tantangan terbesar PT adalah melakukan dan menyesuaikan teknologi informasi kekiniaan.

“Setelah pemilihan Ketum APTISI di Bali sukses. Kini, ke depan PT harus melihat Artificial Intelligence (AI) sebagai tantangan baru dan sebagai pesaing kampus-kampus. Apalagi sekarang menuju pola pemasangan implan (implan chip otak), seperti digagas Elon Musk. Di sini kampus-kampus harus merespon karena kemajuan itu akan cepat datang. Sekarang dosennya ketinggalan, justru mahasiswa/i lebih cepat memanfaatkannya. Ini tentu legal,” tegasnya.

Selanjutnya, dosen kemungkinan belum terbiasa menggunakan Artificial Intelligence, tetapi lambat kemudian dipastikan akan terjadi pergeseran.

“Tentu akan terjadi pergeseran.Tadinya kampus berbasis tembok, menjadi kampus berbasis cloud (awan). Mereka tidak mesti harus terus tatap muka. Di mana tatap muka hanya untuk menyelesaikan masalah krusial saja. Namun, yang namanya transfer pengetahuan tidak harus bertemu,” pungkasnya. PBN001