Diskusi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama dengan Institute for Essential Service Reform (IESR), mengambil tema ‘Urgensi Transisi Energi: Bukan Sekedar Wacana, tapi Keniscayaan’, pada Kamis (31/7/2025) di City of Aventus Hotel Denpasar.
Transisi energi dari bahan fosil ke bahan ramah lingkungan sangat relevan, di tengah-tengah semakin berkurangnya bahan fosil untuk Bahan Bakar Minyak (BBM). Di sini diperlukan energi baru terbarukan yang mampu memanfaatkan tenaga surya sebagai alternatif, terlebih di Bali sebagai kawasan pariwisata dunia, ke depannya akan memerlukan sumber energi alternatif tenaga surya.
Menurut pembicara Gusti Ayu Kade Widhiastari selaku Ketua Asosiasi Panel Surya Abadi (APSA) Bali, bahwa energi panel surya menjadi salah satu alternatif untuk menjawab kelangkaan atas kebutuhan energi konvensional.
Widhiastari menceritakan potensi tenaga surya saat ini dituangkan ke dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang lebih simple dan dapat menjangkau ke tingkat rumah tangga, khususnya masyarakat di pedesaan atau perkotaan.
“Keberadaan APSA beranggotakan usaha bidang PLTS di Bali. Kami memiliki visi: Menjadi motor penggerak utama transisi energi bersih dalam program Bali bebas emisi melalui pemanfaatan PLTS Atap yang inklusif, berkelanjutan dan berbasis kearifan lokal Bali,” ujar Widhiastari.
Keberadaan APSA, turut memiliki misi, yakni mendorong adopsi luas PLTS, membangun ekosistem energi surya yang kolaboratif. Meningkatkan kapasitas dan kualitas tenaga kerja lokal, menjadi mitra strategis pemerintah maupun BUMN, mendorong standar pemasangan PLTS yang baik, termasuk menyuarakan kepentingan usaha badan lokal.
“Jika dilihat kembali, potensi matahari bersinar sepanjang tahun. Radiasi matahari di Bali juga tergolong tinggi, bahkan sepanjang tahun (4-5 kWh/m2/hari). Matahari menjadi sumber daya yang sangat melimpah di negara tropis,” katanya.
Hal penting lainnya, program percepatan penggunaan PLTS Atap yang disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster pada 15 Mei 2025 dalam rangka mewujudkan kemandirian energi berbasis sumber terbarukan.
Di Bali dengan potensi atap rumah yang dimiliki warga masyarakat, tentu dapat dipergunakan untuk menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Maka itu, Bali Net Zero Emission 2045 ini menjadi misi bersama seluruh masyarakat.
Pembicara lainnya dalam kesempatan ini adalah Suriadi Darmoko dari 350.orgIndonesia dan I Nengah Muliarta akademisi sekaligus dosen FPST Univ. Warmadewa.
Program Net Zero Emission 2045, tentu sudah dilakukan beberapa kali diskusi baik dengan dari civitas Unud dan IESR. Diharapkan, sektor pariwisata di Bali sebagai pengguna energi yang cukup besar, dapat memanfaatkan energi hijau, tidak saja untuk penghematan, tapi dapat menjadi branding perusahaan sebagai sustainable company.
Sementara, di lapangan pengembangan tenaga surya, selain di PLTS Apung 100kWh di Waduk Muara Tukad, Pemogan, ada juga di PLTS di Desa Keliki Kecamatan Tegallalang, Gianyar. Di Desa Keliki dengan areal persawahan yang membentang luas juga menjadi desa binaan energi berdikari Pertamina.
KEBIJAKAN PEMPROV BALI
Di sisi lain, implementasi kebijakan Pemerintah Provinsi Bali, salah satunya adalah mentransisi bertahap penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar minyak dan batubara menjadi bahan liquid natural gas (LNG) dan energi baru energi terbarukan (EBET). Kemudian bertahap pula merevitalisasi pembangkit-pembangkit lama yang menggunakan fosil menjadi lebih ramah lingkungan.
Berdasarkan kajian terahir dari tim penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB), di tahun 2022, Bali memiliki potensi energi baru terbarukan energi bersumber dari energi surya. Sumber energi surya ini merupakan yang tertinggi nilainya mampu menghasilan 10.000 mega watt (MW). Kajian dimaksud menyebutkan sumber lain yang dapat digali potensinya di antaranya sampah 37 MW, tenaga angin 1.000 MW.
Rencana unit pembangkit listrik EBT bertahap dimulai Tahun 2021-2030. PLTS Nusa Penida 3,5 MW tahun 2022, Waduk Titab 1,3 MW tahun 2023, Bali barat dan timur masing masing 24 MW di tahun 2023. Kemudian pembangkit listrik yang terhubung Jawa-Bali tersebar 25 MW tahun 2030. Target total yang dihasilkan mencapai 154,8 MW. PBN001